Membaca merupakan perintah Allah yang diturunkan melalui ayat pertama dari surat yang pertama kali diwahyukan pada Rasulullah SAW, yakni Al-Alaq 1-5. Kata perintah “Bacalah!” sebagai pintu utama kita diwajibkan mengenal Allah SWT melalui penciptaan dan asal-usul kita. Dalam surat al-‘Alaq itu pula Allah menjelaskan bagaimana mengajarkan manusia tentang segala hal yang tidak diketahuinya dengan perantara pena. Jika membaca sebagai perintah, maka sebaik-baik bacaan adalah al-Qur’ân. Al-Qur’ân merupakan rangkaian dari mushaf-mushaf yang berisikan kalam Allah sebagai petunjuk, pedoman, dan sumber hukum serta ilmu pengetahuan yang tidak pernah bisa habis dibahas. Keunikannya antara lain ia bisa dibaca oleh semua kalangan. Semakin dibaca lagi, semakin bertambah pula pemahaman kita sehingga dari waktu ke waktu, membaca al-Qur’ân mampu menambah penghayatan kita tentang ajaran Islam.

Dalam buku  ini, pembaca akan menemukan, betapa setiap huruf dalam al-Qur’ân, masing-masing mempunyai sejumlah hukum tersendiri; makhraj dan beberapa sifat. Dan, setiap pertemuan antara satu huruf dengan huruf lain juga terdapat hukum bagaimana cara membacanya dengan benar. Buku ini pun semakin lengkap karena disertai dengan contoh-contoh yang memudahkan pembaca. Hukum mempelajari ilmu tajwid sama seperti banyak disiplin ilmu keislaman yang lain, yaitu fardu kifayah. Namun sangat sedikit orang yang tertarik mempelajarinya. Bahkan, tak jarang ada orang yang pandai dalam ilmu agama, tetapi bacaan al-Qur’ânnya banyak salahnya. Dikiranya, membaca al-Qur’ân sudah cukup jika sudah benar membaca huruf dan harakatnya. Ini jelas anggapan yang sangat keliru. Kesalahan paling fatal sebagian besar kaum muslimin yang cukup parah bacaan al-Qur’ânnya, di antaranya adalah karena tak mendapatkan guru ngaji yang mumpuni saat dulu mereka belajar. Sehingga, ketika mereka beranjak dewasa, bacaannya pun tetap lestari dengan berbagai kesalahan yang tak disadari. Mereka merasa sudah benar, namun orang yang menguasai ilmu tajwid tahu bahwa itu salah.